BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI)
terkadang ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan akhirnya ASI yang
harusnya didapatkan bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan adakalanya
bayi tidak mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya, padahal bayi mempunyai hak
penuh terhadap ASI tersebut, terkadang tenaga kesehatan melupakan hak-hak bayi
untuk mendapatkan ASI ibunya atau bahkan ibunya sendiri melupakan hak anaknya
untuk mengkonsumsi ASI ibunya. (Yeyeh, A. R. et all.
2011. Asuham Kebidanan III nifas.
Jakarta: Trans Info Media : 35).
Pada masa persalinan dini seorang
ibu sering menghentikan proses menyusui karena putingnya sakit, payudara yang
bengkak,abses payudara. Selain itu masalah lain timbul karena adanya masalah khusus yang tarmasuk dalam “keadaan
khusus” adalah ibu yang melahirkan dengan bedah sesar yang menggunakan
pembiusan umum yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayinya karena ibu belum
sadar akibat pengaruh obat bius, sedangkan pada ibu yang menderita
AIDS/HIV, dan yang menderita hepatitis B, menurut WHO tetap harus di
susui, terutama bagi negara-negara yang berkembang. Bayi di berikan ASI
ekslusif selama 6 bulan. (Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.
Yogyakarta: ANDI : 32-49).
Masalah lain ada pada bayi yaitu
pada bayi yang sakit dengan indikasi khusus, tidak di perbolehkan mendapatkan
makanan per oral tetapi jika kondisi yang sudah memungkinkan, sebaiknya segera
mungkin ASI di berikan. Untuk penyakit-penyakit tertentu, justru ASI
diperbanyak misalnya pada kasus diare, pneumonia, tuber culosis, dan lain-lain.
(Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: ANDI :
53).
Bayi enggan menyusu dapat
disebabkan karena : bayi sakit di daerah mulut, bayi mengalami bingung puting
artinya bayi mengalami kebingunan apakah yang masuk ke mulutya puting susu ibu
atau bukan karena bayi di berikan minuman bergantian dengan susu botol. Kondisi
bayi yang sering menangis merupakan cara
bayi mengkomunikasikan keadaannya kepada orang di sekitarnya yang dapat
disebabkan karena bayi haus, lapar, basah, kotor, bosan, kesepian, rasa ASI
berubah, sakit.
Terkadang pada kondisi bayi kembar
membuat perkiraan salah yakni dengan menyangka ASI tidak cukup sehingga menyusu
harus bergantian atau bersamaan. Pada bayi premature atau BBLR yang mempunyai
berat > 1800 gr boleh langsung menyusu, tetapi jika berat bayi antara
1500-1800 gr harus di bantu suplemen dan minum ASI memakai cangkir sedangkan
pada bayi yang berat lahirnya 1250-1500 gr bayi haru di infuse dan setelah 24
jam ASI di perah dan di berikan dengan cangkir atau nasogastrik (pipa lambung)
jika berat bayi <1250 maka asi di perah dan di berikan lewat pipa lambung. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuham
Kebidanan III nifas. Jakarta: Trans Info Media : 35-36).
Sampai saat ini tingginya Angka
Kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas
penting dibidang kesehatan. Angka kematian ibu untuk provinsi Jawa Barat tahun
2010 mencapai 321,15 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian Bayi Baru
Lahir di Jawa Barat masih tinggi dibndingkan dengan rata-rata nasional. Angka
Kematian Bayi Baru Lahir 43 bayi dari
1.000 kelahiran hidup. (Kanwil Depkes Jawa Barat.2010.Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Barat).
Angka kematian ibu di kabupaten
Cirebon tahun 2010 didapat 49 orang per 100.000 kelahiran hidup, penyebab
kematian ibu dikabupaten Cirebon diantaranya adalah 21 orang disebabkan karena
preeklamsia 1 orang, 1 orang disebabkan karena infeksi, 1 orang disebabkan
karena abortus, 10 orang disebabkan karena perdarahan dan 16 orang disebabkan
penyebab lain.
Di Indonesia, anjuran ini
dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian
ASI Eksklusif. Perturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya
secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
"Dari berbagai sumber data
dapat saya simpulkan bahwa perkembangan cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia masih rendah dan menunjukkan perkembangan yang sangat lambat. Data
Susenas 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak
banyak perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia Tenggara," kata
Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan Pekan ASI Sedunia 2012
di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (19/9/2012).
Selain itu, Menkes juga menyatakan
bahwa penyebarluasan informasi di antara petugas kesehatan dan masyarakat
ternyata juga belum optimal. Hanya sekitar 60% masyarakat tahu informasi
tentang ASI dan baru ada sekitar 40 % tenaga kesehatan terlatih yang bisa
memberikan konseling menyusui. (http://health.detik.com/read/2012/09/19/132344/2025874/764/hanya-336-bayi-di-indonesia-yang-dapat-asi-eksklusif)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3% anak yang mendapatkan ASI Eksklusif. Angka
ini masih jauh di bawah angka global yang juga rendah, di mana hanya 32,6% anak
yang disusui eksklusif.
Survey Demografi kesehatan Indonessia (SDKI) tahun
2008-2009 menunjukan bahwa 55% ibu menyusui.
Pada hakekatnya semua wanita dapat
menyusui dari penelitian terhadap 900 ibu sekitar Jabodetabek (2008) di
peroleh bahwa 98% ibu-ibu tersebut
menyusui,akan tetapi selama masa menyusui
tersebut ada kalanya timbul
masalah-masalah seperti ibu mengalami mastitis, puting susu lecet, abses
payudara dan puting terbenam. Masalah-masalah tersebut biasanya timbul karna
kurangnya perawatan payudara dan teknik menyusui yang tidak benar. Kurangnya
perawatan payudara ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibuterhadap
perawatan payudara (www.tabloid.nakita.com).
Menurut data Dinas Kesehatan
Cirebon tahun 2011, jumlah ibu nifas yang menyusui dikabupaten Cirebon adalah
44.422 orang.
Data
dari Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun kabupaten Cirebon diperoleh jumlah
partus pada tahun 2012 adalah 4078 orang. Dengan jumlah partus spontan 3286
orang, seksio secaria 715 orang, ekstraksi vakum 76 orang, ekstraksi forcep 1
orang.
Pada
fenomena yang ada, pada persalinan sacara seksio secaria yang jumlahnya hampir
mencapai 1000 orang maka tidak selalu diberikannya ASI secara dini atau segera
setelah bayi lahir karena kondisi ibu yang kurang sehat dan lemah, jadi tidak
memungkinkan untuk ibu menyusui bayinya. Selain karena persalinan seksio
secaria penghambatan pemberian ASI secara dini yaitu karena adanya masalah dari
ibu nifas misalnya : puting ibu tenggelam, payudara bengkak, puting lecet, ASI
yang kurang, ibu yang belum siap menyusui bayinya, ibu yang bekerja sehingga
susah untuk memberikan ASI. Selain dari ibu masalah lain pun datang dari bayi
yaitu dengan keadaan bayi yang premature, bayi dengan berat badan rendah, bayi
yang bingung puting, bayi sakit.
Kebiasaan
yang dilakukan setelah bayi lahir bayi langsung di bawa ke ruang perinatologi
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, tetapi apabila bayi tidak mempunyai
indikasi apa pun, setelah dua jam bayi lahir dan ibu di pindahkan ke ruang
perawatan nifas yaitu melakukan rawat gabung, yang bertujuan untuk mempererat hubungan antara ibu dan
bayi. Selain itu agar bayi bisa mendapatkan ASI
(Air Susu Ibu).
Namun
kenyataan yang ada dari ibu nifas yang masih percaya dengan atau tanpa
memberikan ASI secara dini, tidak ada pengaruhnya, sehingga ibu atau pun
keluarga tidak terlalu mementingkan pemberian ASI secara dini karena mereka
fikir tanpa memberikan ASI ekslusif bayi
akan tetap tumbuh sehat, kadang tanpa diketahui oleh petugas kesehatan, ibu
atau keluarga memberikan makan tambahan kepada bayi berupa air putih, air teh,
bahkan ada yang secara diam-diam memberikan pisang yang di lembutkan.
Berdasarkan
studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun
Kabupaten Cirebon, didapatkan jumlah ibu nifas pada tahun 2011 adalah 3505
orang, penulis melakukan wawancara pada 10 orang ibu nifas di ruang nifas. Di
dapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu nifas tentang penghambatan pemberian ASI
secara dini hanya 4. Sedangkan 6 ibu yang lainnya tidak mengetahui tentang
penghambatan pemberian ASI secara dini.
Harapan
penulis setelah dilakukannya studi pendahuluan yaitu tetap diadakannya
pemberian ASI secara dini atau segera setelah bayi lahir, pada pasca persalinan normal atau tanpa indikasi
dari ibu atau pun bayi. Petugas kesehatan pun berwenang untuk memberikan
penyuluhan dengan metode-metode yang mudah di ingat oleh ibi-ibu nifas agar
pesan yang di sampaikan mudah diingat dan dapat diterima dengan baik seperti
memasang poster-poster yang ada hubungannya dengan keuntungan pemberian ASI secara dini atau
segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Untuk ibu nifas yatu dapat
meningkatkan pengetahuan tentang manfaat ASI eksklusif, pengetahuan atau
informasi tidak hanya didapat dari pendidikan formal, tapi dari proses belajar
non formal seperti : seminar, posyandu, PKK, dan sebagainya.
Dari uraian di atas, maka penulis
tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang
penghambatan pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun
Kabupaten Cirebon Tahun 2012”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
judul dan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian sebagain
berikut “bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang penghambat pemberian ASI
secara dini di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2012?”
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran ibu nifas tentang penghambat pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit
Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2012.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran ibu nifas
tentang penghambat pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit Arjawinangun
Kabupaten Cirebon Tahun 2012.
b. Untuk mengetahui gambaran
pengatahuan ibu nifas tentang pengertian ASI di Rumah Sakit Arjawinangun
Kabupaten Cirebon Tahun 2012.
c. Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu nifas tentang manfaat pemberian ASI di Rumah Sakit Arjawinangun
Tahun 2012.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Diharapkan dapat meningkatkan kajian ilmu pengetahuan kebidanan
dan menambah wawasan pengetahuan dalam penerapan pada bidang asuhan kebidanan tiga
tentang penghambat pemberian ASI secara dini.
2.
Manfaat
Praktis
Menambahkan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan pada
bidang Asuhan kebidanan tentang penghambatan pemberian ASI secara dini.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengetahuan
1.
Definisi
Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya apa air,
apa manusia, apa alam, dan apa sebagainya. (Notoatmojo, 2010)
Pengetahuan adalah hasil tahu dari
manusia yang sekadar menjawab pertanyaan (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan dini terjadi setelah orang melakukan penghindaran
terhadap satu objek tertentu.pengindaran terjadi melalui panca indra
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sehingga sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.jadi pengetahuan
merupakan hasil pengindraan kita. (Notoadmojo.2003 :127-128 Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :rineka cipta)
Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai factor dari dalam seperti motivasi dan factor
luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan social budaya (kamus
besar bahasa Indonesia,2003)
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain penting untuk menentukan tindakan seseorang (Over behavior),
karena dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam buku Notoatmodjo (2003:128)
mengungkapkan bahwa sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru
(berperilaku baru) dalam arti orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:
a. Awarness (kesadaran)
dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (obyek).
b. Interest (merasa
tertarik) dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek tersebut.
c. Evaluation (menimbang-nimbang
baik buruknya tindakan terhadap stimulus atau obyek tersebut bagi dirinya). Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial dimana orang
telah melalui mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
e. Adaptation, dimana obyek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
Namun demikian dari perilaku baru atau
adaptasi perilaku melalui proses seperti itu, dimana didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama, pada perilaku itu
sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : pendidikan, budaya, perilaku,
usia, dan sumber info.
2.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup didalam
Domain Kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:
a.
Tahu (Know).
Diartikan
sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau
pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa
dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si
ibu tentang apa yang telah di pelajari.
Antara lain ibu
bisa menyebutkan, menguraikan, menyatakan bahwa perawatan payudara sangat
penting.
b.
Memahami (Komprehesion).
Diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di
ketahuinya seorang atau ibu yang telah paham dengan materi yang di berikan dia
harus menyebutkan contoh, menjelaskan, mengumpulkan tentang materi yang di pelajari
misalnya: menjelaskan mengapa perawatan payudara itu penting.
c.
Aplikasi (Aplication).
Diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi
atau kondisi sebenarnya misal: bisa mempraktekkan cara perawatan payudara.
d.
Analisa (Analisis)
Adalah suatu
kemampuan untuk materi atau bisa diartikan sebagai kemampuan si ibu untuk
membedakan keadaan payudara normal dan tidak.
e.
Sintesis (Syintesis)
Suatu kemampuan
untuk menghubungkan atau menyusun informasi baru.
f.
Evaluasi.
Suatu kemampuan
untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang di tentukan sendiri, misal: ibu dapat membandingkan antara
payudara yang di rawat rutin dengan tidak di rawat.
3.
Faktor-Faktor yamg Mempengaruhi Pengetahuan
a.
Faktor internal
1)
Umur
Usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin
cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang
dalam berfikir logis.(Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Umur adalah lama waktu hidup sejak
di lahirkan (DEpdigbud,2002). Tebentuknya prilaku terjadi karena proses
kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan (Notoadmojo,2003)
Umur kurang dari 20 tahun cenderung
memiliki pengetahuan yang kurang.umur 21-35 tahun merupakan usia oroduktif
seseorang,pada usia produktif merupakan usia yang optimal dalam peneriman
informasi dari lingkungan melalui panca indra dan masih kuatnya daya ingat
sesorang yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Pada umur lebih dari 35 tahun
daya ingat dan daya nalar seseorang sudah mulai berkurang disebabkan kemampuan
otak sudah mengalami penurunan. Penurunan daya ingat mempengaruhi proses
penerimaan informasi. Daya ingat yabg menurun dapat menyebabkan berkurangnya
pengetahuan yang didapatkan apalagi untuk menerima informasi dari lingkungan
2)
Pendidikan
pendidikan adalah perubahan sikap
dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan cara,
perbuatan mendidik. (kamus besar bahasa Indonesia,2008:326)
Menurut
koencoroningrat (1997) bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan khualitas hidup. Oleh
sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Pendidikan ilmiah dalah pendidikan
formal ibu yang terakhir yangdi tamatkan dan mempunyai ijazah dengan
klasifikasi tamat pendidikan dasar (SD dan SMP) pendidikan menengah (SMP dan
SMA) dan pendidikan tinggi (D3,S1 dan S2) diukur dengan cara dikelompokan dan
dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi. (Depkes RI,2003)
3)
Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
4)
Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarganya. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
b.
Faktor eksternal
1)
Informasi
Informasi
adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu keseluruhan
makna yang menunjang amanat. Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang
meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat
meningkatkan pengetahuan orang tersebut. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
2)
Lingkungan
Lingkungan
adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. (Nursalam dan Siti
Pariani, 2001).
3)
Sosial budaya
Sosial budaya
mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh sesuatu
kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang
mengalami proses belajar memperoleh sesuatu pengetahuan. (Nursalam dan Siti
Pariani, 2001).
4.
Cara Memperoleh Pengetahuan
a.
Cara Tradisional atau non ilmiah
1)
Coba dan salah (Trial and error)
Cara ini telah
dipakai orang sebelum adanya peradapan pada waktu itu apabila seseorang
menghadapi masalah, upaya pemecahan dengan cara coba “ saja. Cara ini
kemungkinan bisa memecahkan masalah, apabila tidak berhasil dicoba kemungkinan
yang lain sampai masalah terselesaikan.
2)
Secara
kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan
terjadi karena tidak di sengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh
adalah penemuan enzim urease oleh summers pada tahun 1926.
3)
Kekuasaan atau Otoriter
Sumber
pengetahuan ini berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
agama, pemegang pemerintahan dan sebagai berikut. Pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan
otoritas, baik tradisi otoritas pemerintahan, agama, maupun ahli pengetahuan.
Dimana prinsip ini orang berpendapat dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas tanpa menguji dulu membuktikan kebenarannya berdasarkan fakta empiris
atau penalaran sendiri.
b.
Cara modern atau Ilmiah
Cara baru
memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang
disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung membuat pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamati. (Notoadmodjo,
2010).
5.
Pengukuran
pengetahuan
Pengukuran
pengetahuan
merupakan suatu alat ukur seseorang terhadap apa yang diketahui oleh seseorang.
Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, dan angket.
Menurut
(Arikunto,2006 :344) menjelaskan bahwa pengetahuan dapat diukur dengan
menggunakan kategori sebagai berikut:
a. Baik : 76 – 100
%
b. Cukup : 56 – 75
%
c. Kurang : 40 –
55 %
d. Tidak baik : < 39 %
(Ari kunto,
2006)
B.
Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian Nifas
Nifas adalah masa setelah partus
selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Sarwono, 1999).
Nifas adalah masa pulih kembali,
melalui dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil.
Masa
nifas
(puerperium) adalah dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. (prawiroharjo,2002)
Masa nifas adalah masa sagera setelah
kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini saluran reproduksi anatominya
kembali keadaan tidak hamil yang normal (Obsetri William)
Masa nifas (pueroerium) adalah masa
pulih kembali , mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri)
2. Pembagian Masa Nifas Dibagi Menjadi
3 Periode
a. Poerperium dini
yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium
Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote
puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan
Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 5)
3. Tujuan
Perawatan Nifas
a. Untuk
memulihkan kesehatan umum penderita.
b. Untuk mendapat
kesehatan emosi.
c. Agar masa nifas
dapat berjalan lancar dan dapat memelihara bayinya dengan baik, agar
pertumbuhan dan perkembangan bagi normal.
(Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 2)
(Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 2)
4. Involusi
Alat Kandungan
a. Uterus secara
berangsur-angsur menjadi kecil (Involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
b. Bekas
Implantasi uri : placenta belum mengecil karena kontraksi dan menonjol ke Kavum
Uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke
enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c. Luka-luka pada
jalan lahir bila tidak di setai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
d. Rasa sakit yang
disebut after pains (mules-mules) disebabkan kontraksi rahim biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat di berikan obat-obat
antisakit dan antimules.
e. Lochia adalah
cairan sekret yang berasal dari Kavum Uteri dan vagina dalam masa nifas.
1) Lochia Rubra : hari ke 1-2 hari
pasca persalinan.
2) Lochia
Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7
pasca persalinan.
3) Lochia Serosa :
berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochia Alba :
cairan putih, setelah 2 minggu.
f. Serviks.
Setelah persalinan, bentuk Serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman.
g. Ligamen –
ligamen.
Ligamen, Fasia dan Diafragma Pelnis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a. Nutrisi
dan cairan, pada seorang ibu menyusui
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3
liter air setiap hari.pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta:
Trans Info Media : 76)
Pada masa
nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengam nutrisi
yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air
susu.
(Siti saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika :71)
(Siti saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika :71)
b.
Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan untuk bergerak karena merasa
letih dan sakit. Namun ibu harus di bantu turundari tempat tidur dalam 24 jam
pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam
mencegah thrombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu
mengutakan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang
baik, mengencangkan otot dasr panggul sehingga mencegah atau memperbaiki
sirkulasi darah kesuluruh tubuh. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas.
Jakarta: Trans Info Media : 76)
c.
Eliminasi
Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama setelah
melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk mrngsongkan kandung
kemihnya karena rasa sakit, mamer atau gangguan tonus otot. Ia dapat di bantu
untuk duduk diatas kursi berlubang tempat buang air kecil (commode) jika masih
belum diperbolehkan berjalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk buang air
kecil dengan pispot di atas tidr. Meskipun sedapat mungkin menghindari
katerisasi lebih baik dilakukan dari pada terjadi infeksi saluran kemih akibat
urine yang tertahan. (Yeyeh,
A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 77)
d.
Kebersihan diri/perineum
Pada ibu nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan
pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari
pada di baelakang anus, nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali
selesai buang air kecil dan besar. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan
Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 77-78)
e.
Istirahat
Istiraha pada ibu selama masa nifas beristiahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Saran ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga biasa perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
Akibat kurangnya istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan tidak mampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III
Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 78-79)
f.
Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapt memasukan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak
merasakan ketidaknyamanannya, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap. (Yeyeh, A.
R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 79-80)
g.
Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus nunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pansangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang kelurganya. Namun, petugas kesehatan dapat
membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang
cara mencegah kehamilan yang di
inginkan. (Yeyeh, A.
R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 80)
h.
Latihan/senam nifas
Latihan/senam nifas adalah diskusikan pentingnya
mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan meras lebih
kuat sehingga mengurangi rasa pada punggung, jelaskan bahwa latihan tertentu
beberapa menit setiap hari sampai membantu.
(Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan
Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 81)
C.
Tinjauan Tentang ASI
1. Pengertian
ASI
Air susu ibu adalah makanan yang
sempurna bagi bayi manusia dan berisi sebagian nutrisi yang di perlukan untuk
tumbuh dan kembang selama sekurang-kurangnya enam bulan pertama. (Arini H,2012)
Sedangkan pengertian dari menyusui
secara murni atau memberikan ASI secara ekslusif adalah hanya memberikan ASI
saja selama 4-6 bulan atau paling tidak hanya sampai 4 bulan saja. Sejak lahir
sampai bayi berusia 6 bulan, hanya ASI saja yang harus di berikan. Dengan
demikian praktek memuaskan bayi baru lahir, memberi air masak dan madu untuk
bayi baru lahir tidak di anjurkan. (Airini H,2012)
Air susu ibu adalah cairan
kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengendung berbagai zat
yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan
Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 22)
2. Pengelompokan ASI
a. ASI stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan
yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4.
Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak
dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih
dan siap menerima ASI.
b. ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi
pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan
lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat.
c. ASI stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari
hari ke 10 sampai seterusnya.
ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan (Purwanti: 2004)
3. Manfaat
ASI
a. Manfaat ASI Bagi Bayi
1)
Ketika
bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Setelah berumur 1 tahun, meskipun ASI
hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, pemberian ASI tetap dianjurkan.
2) Para dokter menyepakati bahwa
pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit, serta
alergi.
3) Bayi yang diberi ASI lebih kebal
terhadap penyakit ketimbang bayi yang tidak memperoleh ASI.
4) ASI selalu siap sedia ketika bayi
menginginkannya.
5) Apabila bayi sakit, ASI adalah
makanan yang terbaik untuk diberikan kepadanya.
6) Bayi yang lahir prematur lebih cepat
tumbuh jika diberi ASI.
7) IQ pada bayi yang memperoleh ASI
lebih tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang tidak diberi ASI.
b. Manfaat ASI Bagi Ibu
1)
Isapan
bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi risiko perdarahan.
2) Lemak disekitar panggul dan pada
yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih
cepat langsing kembali.
3) Risiko terkena kanker rahim dan
kanker payudara lebih rendah.
4) Menyusui bayi lebih menghemat waktu.
5) ASI lebih praktis.
6) ASI lebih murah.
7) ASI selalu bebas kuman.
8) ASI dalam payudara tidak pernah
basi.
c. Manfaat ASI Bagi Keluarga
1)
Tidak
perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula dan peralatannya.
2) Jika bayi sehat, berarti keluarga
mengeluarkan lebih sedkit biaya guna perawatan kesehatan dan menghemat waktu
keluarga.
3) Penjarangan kehamilan lantaran efek
kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif.
4) Menghemat tenaga keluarga karena ASI
selalu siap tersedia.
5) Keluarga tidak perlu repot membawa
botol susu, dan lain sebagainya ketika bepergian.
4. Kebaikan
ASI dan Menyusui
Asi sebagai makanan bayi mempunyai
kebaikan/sifat sebagai berikut :
a. ASI merupakan makanan alamiah yang
baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memilik komposisi,zat
gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengandung laktosa yang lebih
tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di dalam usus laktosa akan
dipermentasikan menjadi asam laktat.
c. ASI mengandung zat pelindung
(antibody) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama,seperti :
immunoglobin, lysozyme, complemen C3 dan C4, antistapiloccocus, lactobacillus,
bifidus, lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung
beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin
hubungan psikologis antara ibu dan bayi.selain memberikan kebaikan bagi
bayi,menyusui jega dapat memberikan keuntungan bagi ibu.
f. Suatu rasa kebanggan bagi ibu bahwa
ia dapat memberikan kehidupan pada bayinya.
g. Hubungan yang lebih erat karena
secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional
antara ibu dan anak.
5. Komposisi
ASI
Menurut Roesli (2001), komposisi
ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu ke ibu lainnya
berbeda, misalnya komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan atau
premature berlainan dengan komposisi ASI dari ibunya yang melahirkan bayi cukup
bulan, walaupun kedua ibu melahirkan pada waktu yang sama. Jadi, komposisi ASI
ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan
kebutuhan bayinya. Berikut ini komposisi / kandungan yang terdapat dalam ASI:
a. Lemak
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara
otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi dari hari ke hari. ASI mengandung enzim
lipase pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicrena dn diserap. Sekitar 80%
lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid (lemak ikatan
panjang). Antara lain omega 3 (DHA=Decosahexanoic Acid), omega 6
(AA=Arachidonic Acid) yaitu asam lemak tidak jenuh rantai panjang yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
b. Kolestrol
Manfaat kolestrol dalam ASI antara
lain untuk meningkatkan pertumbuhan otak. Selain itu kolestrol berfungsi dalam
pembentukan enzim metabolisme kolestrol. Metabolisme itu akan mengendalikan
kadar kolestrol di kemudian hari sehingga mencegah serangan jantung.
c. Protein
Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi
dn lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Selain berguna sebagai daya tahan tubuh,
protein diperlukan pula untuk pertumbuhan otak.
d. Karbohidrat
Karbohidrat utam ASI adalah
laktosa. Gunanya untuk pertumbuhan otak, meningkatkan penyerapan kalsium,
meningkatkan petumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus bifidus,
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
e. Vitamin
dan Mineral
ASI mengandung vitamin dan mineral
yang lengkap. Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI diserap tubuh bayi.
Perlu juga disadari bahwa masih banyak zat yang terkandung dalam ASI namun
belum diketahui kegunaannya. (Yeyeh,
A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media
:19-21)
6. Tindakan Pemberian ASI
Teori
tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian
mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan proses selajutnya
diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahui. Suatu sikap belum terwujud
dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap pada suatu tindakan yang konsisten
diperlukan faktor pendukung yaitu suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo,
2003).
Teori
tindakan menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses
pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan, dan dampaknya hanya pada
tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap yang spesifik
terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi
juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan mengenai apa yang orang lain
inginkan agar diperbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama
norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku
tertentu (Azwar, 1998).
Pemberian ASI menurut Soetjiningsih 1997 adalah
sebagai berikut:
a. Persiapan
Menyusui
Persiapan
menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan
bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya menyusui
bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir
bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Perawatan
payudara yang baik puting tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi
b. Cara
Menyusui
Cara
menyusui yang penting adalah ibu merasa senang dan enak. Bayi dapat disusukan
pada kedua buah payudara secara bergantian, tiap 10-15 menit.
c. Lama
Menyusui
Pada
hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar bayi cukup disusukan selama 4-5
menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu dihisap oleh
bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh disusukan selama 10 menit. Setelah produksi
ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit)
menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar
keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terhisap
bayi pada 5 menit pertama adalah ± 112 ml. 5 menit kedua ± 64 ml, dan 5 menit
terakhir hanya ± 16 ml.
7.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penggunaan ASI
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaan ASI menurut Suhardjo (1992) antara lain :
a. Perubahan
sosial budaya
1) Ibu-ibu
bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
2) Meniru
teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
3) Merasa
ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
b. Faktor
psikologis
1) Takut
kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
2) Tekanan
batin
c. Faktor
fisik ibu
Ibu sakit,
misalnya mastitis, panas, dan sebagainya.
d. Faktor
kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat dorongan tentang
manfaat pengganti ASI.
e. Meningkatkan
promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
f. Penerapan
yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan
penggantian ASI dengan susu kaleng.
8. Definisi
ASi Ekslusif
Asi eklusif adalah adalah pemberian ASI
sedini mungkin setalah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. ( Purwati.
2004. Konsep Penerapan Asi Eklusif. Jakarta: EGC : 3 )
Asi
ekslusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apa pun
sejak dari lahir, untuk memasyarakatkan pemberian ASI sejak dini diperlukan
faktor pendukung yang terus-menerus mengupayakan keberhasilan menyusui (Saleha
Siti, 2009 : 10)
ASI eksklusif adalah bayi hanya di beri ASI
selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, dan air putih, serta tanpa makanan tambahan padat, seprti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan
obat.
( Prasetyono. 2009.
Buku pintar ASI ekslusif. Yogjakarta: diva press : 26 )
Yang dimaksud dengan pemberian ASI
eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain. Definisi tersebut mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
9. Dampak
Pada Bayi Yang Tidak Diberikan ASI
Kegagalan pemberian ASI
eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel otak sebanyak 15% – 20%,
sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Pada
umur 4 – 6 bulan (masa transisi), bayi terus minum ASI dan mulai diperkenalkan
dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI berbentuk lumat atau setengah
cair. Pada umur 6 – 9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu
diperhatikan.MP-ASI diberikan sesuai dengan umur bayi, minimal diberikan 3 kali
sehari. Porsi MP-ASI setiap kali makan yaitu pada umur 6 bulan minimal 6 sendok
makan. Pada umur 7 bulan minimal 7 sendok makan. Pada umur 8 – 9 bulan
berturut-turut berikan 8 dan 9 sendok makan (Depkes RI, 2005).
10. Pengertian
IMD
Menurut
Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia
lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit
bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri.
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang
dianjurkan
Menurut Roesli (2008), langkah-langkah
melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang
sudah dialasi kain kering.
2) Seluruh tubuh bayi dikeringkan termasuk kepala
secepatnya, kecuali kedua tangarnya.
3)
Tali pusat dipotong lalu diikat.
4)
Vernix (zat lemak putih) yang
melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan terlebih dahulu karena zat ini
membuat nyaman kulit bayi.
5)
Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di
dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti
bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas
dari kepalanya.
11. Masalah
Dalam Menyusui
a. ASI tidak keluar
Permasalahn ini terjadi karena
banyak hal, tetapi tahukah bahwa faktor terbesar yang menjadikan permasalahan
ini muncul adalah mindset dari ibu, sehingga yang perlu dilakukan adalah
merubah mindset dan berfikirlah positif, bahwa ASI itu adalah jatah
setiap bayi yang telah dilahirkan. Setalah mengubah mindset, selanjutnya
berikhtiar, berusaha dengan semaksimal mungkin. Misalnya dengan menggunakan booster
asi, dalam hal ini saya menyarankan agar booster yang digunakan adalah
bahan herbal seperti daun katuk, hulbah, sari kurma dan lain-lain
b. Jumlah ASI terbatas
Kembali lagi permasalahan terkait mindset,
adanya perasaan tidak percaya diri, bahwa ketersediaan ASI terbatas sehingga
menimbulkan perasaan cemas seorang ibu bahwa dia tidak dapat memberikan ASI
secara maksimal kepada bayinya. Ubahlah mindset itu, yakinlah bahwa ASI yang
disediakan oleh Alloh untuk bayi itu akan cukup. Berikanlah ASI kapanpun bayi
meminta, sesering yang bayi mau, siang dan malam. Pada payudara kanan dan kiri.
Jangan dijadwalkan. Produksi ASI
mengikuti hukum permintaan, semakin sering dihisap, maka semakin banyak ASI
diproduksi.
c. Ibu
adalah seorang yang bekerja (karyawan/pegawai)
Pekerjaan bukan menjadi halangan
bagi seorang ibu untuk memberikan ASI bagi bayinya. Berbagai cara dapat
dilakukan untuk mencukupi kebutuhan ASI bagi bayi yang ibunya bekerja. Seorang
ibu dapat memompa atau mengeluarkan air susunya untuk ditampung dan disimpan di
dalam freezer. Bila bayi membutuhkan susu maka ASI tersebut dapat langsung
diberikan dengan dihangatkan terlebih dahulu tanpa terjadi kerusakan pada ASI
tersebut. Kemudian saat ibu sedang bekerja bisa mengisi waktu istirahat siang
dengan memompa ASI dan menampungnya ke dalam botol-botol ASI kemudian
menyimpannya di dalam coolerbag.
Tabunglah ASI di dalam freezer
sebanyak-banyaknya, seperti layaknya kita menabung uang di bank. Dalam keadaan
normal di udara bebas ASI hanya akan bertahan dalam kurun waktu kurang lebih 8
jam. Sedangkan dalam keadaan beku, ASI mampu bertahan selama kurang lebih 6
bulan dan layak untuk dikonsumsi bayi.
Jadi selagi ASI masih keluar
tabunglah sebanyak-banyaknya, bekukanlah dalam freezer dan ASI siap diberikan
jika bayi membutuhkan. Kita tidak tahu pada bulan ke berapa ASI masih mau
keluar, sehingga setetespun jangan disia-siakan. Gunakan Milk Collection
shell saat bekerja sehingga ketika asi menetes akan tertampung dan
terselamatkan.
d.
Kurangnya dukungan dari keluarga
Ini adalah perkara yang cukup fatal.
Jika sampai hari ini masih terjadi maka akan begitu banyak bayi yang tidak
mendapatkan haknya. Dari pengalaman yang ada, sebagian besar dari kita
mengalami masalah terkait dukungan keluarga yaitu ungkapan yang biasa diucapkan
oleh orang tua kita : “ dulu waktu kamu kecil, umur 2 bulan dikasih
pisang kerok atau bubur susu, nggak papa kok, anak kamu dikasih aja seperti
itu.” (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas.
Jakarta: Trans Info Media : 35-36 )
12. Kebijakan
Pemerintah Terhadap Pemberian ASI
Menurut undang-undang kesehatan rumah sakit
tahun 2009 pasal 28 ayat 1 yaitu “setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu
ekslusif sejak dilahirkan selama 6 bulan,kecuali atas indikasi medis”.
(offset Nuha 2009 : 56)
Pemerintah telah mengeluarkan
Peratuaran Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif. Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk:
a.
Menjamin
pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai
dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya;
b. Memberikan perlindungan kepada ibu
dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan
c. Meningkatkan peran dan dukungan
keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI
Eksklusif.
Di dalam PP ini juga diatur bahwa
tenaga dan fasilitas kesehatan wajib mendukung ibu menyusui dengan melakukan
inisiasi menyusu dini (IMD). Kemudian menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang
rawat, serta tidak memberikan susu formula pada bayi baru lahir tanpa indikasi
medis dan izin orangtua.
Berdasarkan
Kepmenkes RI No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 yang mengacu pada resulosi
WHA, 2001 (Word Health Assembly) bahwa untuk mencapai pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan yang optimal bayi harus diberi ASI eksklusif selama
6 bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi harus mulai diberikan
makanan pendamping ASI yang cukup dan aman dengan pemberian ASI tetap
dilanjutkan sampai usia dua tahun atau lebih.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPRASIONAL
A.
Kerangka
Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian
dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu dengan konsep yang lainnya,atau antara variable yang satu
dengan variable lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,S,2010)
Kerangka konsep dalam penelitian
ini gambaran pengetahuan ibu tentang faktor penghambat pemberian ASI secara
dini di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun tahun 2012, dapat di gambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
B.
Definisi
Operasional
Definisi operasional merupakan
definisi variable-variabel yang akan di teliti secara oprasional di lapangan.
Definisi oprasional bermanfaat untuk mengarahkkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variable-variabel yang akan di teliti serta umtuk
mengembangkan instrument. (Riyanto. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika : 82)
Untuk membatasi ruang lingkup
variabel-variabel yang di teliti, maka penulis membuat definisi oprasional
dalam penelitian ini dapat di lihat dari table di bawah ini :
Tabel
3.1
Definisi
Operasional Variabel
No
|
Variabel
|
Sub
variable |
Definisi
oprasional |
Cara
ukur
|
Alat
ukur
|
Hasil
ukur
|
Skala ukur
|
1
|
Pengetahuan ibu nifas tentang penghambat pemberian
ASI
|
-
|
Pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI segera
setelah lahir
|
Angket
|
Kuisioner
|
Baik 76-100 %
cukup 56-75 %
kurang 40-55 %
|
Ordinal
|
2
|
|
Pengerti an ASI
|
Hasil pengetahuan ibu nifas setelah mendapatkan
informasi tentang ASI
|
Angket
|
Kuisioner
|
Baik 76
-100 %
cukup 56 -75 %
kurang 40 - 55 %
|
Ordinal
|
3
|
|
Manfaat pemberi an ASI
|
Pengetahuan ibu nifas tentang manfaat ASI
|
Angket
|
Kuisioner
|
Baik 76
-100 %
cukup 56 -75 %
kurang 40 - 55 %
|
Ordinal
|
4
|
|
penghambat
pemberi an ASI
|
Pengetahuan
ibu nifas tentang factor pemberian ASI
|
Angket
|
Kuisioner
|
Baik 76 -100 %
cukup
56 -75 %
kurang
40 - 55 %
|
Ordinal
|