Jumat, 25 Januari 2013

proposal KTI bab 1-3


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan akhirnya ASI yang harusnya didapatkan bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan adakalanya bayi tidak mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya, padahal bayi mempunyai hak penuh terhadap ASI tersebut, terkadang tenaga kesehatan melupakan hak-hak bayi untuk mendapatkan ASI ibunya atau bahkan ibunya sendiri melupakan hak anaknya untuk mengkonsumsi ASI ibunya. (Yeyeh, A. R. et all. 2011.  Asuham Kebidanan III nifas. Jakarta: Trans Info Media : 35).
Pada masa persalinan dini seorang ibu sering menghentikan proses menyusui karena putingnya sakit, payudara yang bengkak,abses payudara. Selain itu masalah lain timbul karena adanya  masalah khusus yang tarmasuk dalam “keadaan khusus” adalah ibu yang melahirkan dengan bedah sesar yang menggunakan pembiusan umum yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayinya karena ibu belum sadar akibat pengaruh obat bius, sedangkan pada ibu yang  menderita  AIDS/HIV, dan yang menderita hepatitis B, menurut WHO tetap harus di susui, terutama bagi negara-negara yang berkembang. Bayi di berikan ASI ekslusif selama 6 bulan. (Sulistyawati, Ari. 2009.  Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: ANDI : 32-49).
Masalah lain ada pada bayi yaitu pada bayi yang sakit dengan indikasi khusus, tidak di perbolehkan mendapatkan makanan per oral tetapi jika kondisi yang sudah memungkinkan, sebaiknya segera mungkin ASI di berikan. Untuk penyakit-penyakit tertentu, justru ASI diperbanyak misalnya pada kasus diare, pneumonia, tuber culosis, dan lain-lain. (Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: ANDI : 53).
Bayi enggan menyusu dapat disebabkan karena : bayi sakit di daerah mulut, bayi mengalami bingung puting artinya bayi mengalami kebingunan apakah yang masuk ke mulutya puting susu ibu atau bukan karena bayi di berikan minuman bergantian dengan susu botol. Kondisi bayi yang sering menangis  merupakan cara bayi mengkomunikasikan keadaannya kepada orang di sekitarnya yang dapat disebabkan karena bayi haus, lapar, basah, kotor, bosan, kesepian, rasa ASI berubah, sakit.
Terkadang pada kondisi bayi kembar membuat perkiraan salah yakni dengan menyangka ASI tidak cukup sehingga menyusu harus bergantian atau bersamaan. Pada bayi premature atau BBLR yang mempunyai berat > 1800 gr boleh langsung menyusu, tetapi jika berat bayi antara 1500-1800 gr harus di bantu suplemen dan minum ASI memakai cangkir sedangkan pada bayi yang berat lahirnya 1250-1500 gr bayi haru di infuse dan setelah 24 jam ASI di perah dan di berikan dengan cangkir atau nasogastrik (pipa lambung) jika berat bayi <1250 maka asi di perah dan di berikan lewat pipa lambung. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuham Kebidanan III nifas. Jakarta: Trans Info Media : 35-36).
Sampai saat ini tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas penting dibidang kesehatan. Angka kematian ibu untuk provinsi Jawa Barat tahun 2010 mencapai 321,15 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian Bayi Baru Lahir di Jawa Barat masih tinggi dibndingkan dengan rata-rata nasional. Angka Kematian Bayi Baru Lahir  43 bayi dari 1.000 kelahiran hidup. (Kanwil Depkes Jawa Barat.2010.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat).
Angka kematian ibu di kabupaten Cirebon tahun 2010 didapat 49 orang per 100.000 kelahiran hidup, penyebab kematian ibu dikabupaten Cirebon diantaranya adalah 21 orang disebabkan karena preeklamsia 1 orang, 1 orang disebabkan karena infeksi, 1 orang disebabkan karena abortus, 10 orang disebabkan karena perdarahan dan 16 orang disebabkan penyebab lain.
Di Indonesia, anjuran ini dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Perturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
"Dari berbagai sumber data dapat saya simpulkan bahwa perkembangan cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah dan menunjukkan perkembangan yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia Tenggara," kata Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan Pekan ASI Sedunia 2012 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (19/9/2012).
Selain itu, Menkes juga menyatakan bahwa penyebarluasan informasi di antara petugas kesehatan dan masyarakat ternyata juga belum optimal. Hanya sekitar 60% masyarakat tahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar 40 % tenaga kesehatan terlatih yang bisa memberikan konseling menyusui. (http://health.detik.com/read/2012/09/19/132344/2025874/764/hanya-336-bayi-di-indonesia-yang-dapat-asi-eksklusif)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, di Indonesia hanya 15,3% anak yang mendapatkan ASI Eksklusif. Angka ini masih jauh di bawah angka global yang juga rendah, di mana hanya 32,6% anak yang disusui eksklusif.
Survey  Demografi kesehatan Indonessia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukan bahwa 55% ibu menyusui.
Pada hakekatnya semua wanita dapat menyusui dari penelitian terhadap 900 ibu sekitar Jabodetabek (2008) di peroleh  bahwa 98% ibu-ibu tersebut menyusui,akan tetapi selama masa menyusui  tersebut ada kalanya  timbul masalah-masalah seperti ibu mengalami mastitis, puting susu lecet, abses payudara dan puting terbenam. Masalah-masalah tersebut biasanya timbul karna kurangnya perawatan payudara dan teknik menyusui yang tidak benar. Kurangnya perawatan payudara ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibuterhadap perawatan payudara (www.tabloid.nakita.com).
Menurut data Dinas Kesehatan Cirebon tahun 2011, jumlah ibu nifas yang menyusui dikabupaten Cirebon adalah 44.422 orang.
Data dari Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun kabupaten Cirebon diperoleh jumlah partus pada tahun 2012 adalah 4078 orang. Dengan jumlah partus spontan 3286 orang, seksio secaria 715 orang, ekstraksi vakum 76 orang, ekstraksi forcep 1 orang.
Pada fenomena yang ada, pada persalinan sacara seksio secaria yang jumlahnya hampir mencapai 1000 orang maka tidak selalu diberikannya ASI secara dini atau segera setelah bayi lahir karena kondisi ibu yang kurang sehat dan lemah, jadi tidak memungkinkan untuk ibu menyusui bayinya. Selain karena persalinan seksio secaria penghambatan pemberian ASI secara dini yaitu karena adanya masalah dari ibu nifas misalnya : puting ibu tenggelam, payudara bengkak, puting lecet, ASI yang kurang, ibu yang belum siap menyusui bayinya, ibu yang bekerja sehingga susah untuk memberikan ASI. Selain dari ibu masalah lain pun datang dari bayi yaitu dengan keadaan bayi yang premature, bayi dengan berat badan rendah, bayi yang bingung puting, bayi sakit.
Kebiasaan yang dilakukan setelah bayi lahir bayi langsung di bawa ke ruang perinatologi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, tetapi apabila bayi tidak mempunyai indikasi apa pun, setelah dua jam bayi lahir dan ibu di pindahkan ke ruang perawatan nifas yaitu melakukan rawat gabung, yang bertujuan  untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi. Selain itu agar bayi bisa mendapatkan ASI  (Air Susu Ibu).
Namun kenyataan yang ada dari ibu nifas yang masih percaya dengan atau tanpa memberikan ASI secara dini, tidak ada pengaruhnya, sehingga ibu atau pun keluarga tidak terlalu mementingkan pemberian ASI secara dini karena mereka fikir tanpa memberikan ASI ekslusif  bayi akan tetap tumbuh sehat, kadang tanpa diketahui oleh petugas kesehatan, ibu atau keluarga memberikan makan tambahan kepada bayi berupa air putih, air teh, bahkan ada yang secara diam-diam memberikan pisang yang di lembutkan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon, didapatkan jumlah ibu nifas pada tahun 2011 adalah 3505 orang, penulis melakukan wawancara pada 10 orang ibu nifas di ruang nifas. Di dapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu nifas tentang penghambatan pemberian ASI secara dini hanya 4. Sedangkan 6 ibu yang lainnya tidak mengetahui tentang penghambatan pemberian ASI secara dini.
Harapan penulis setelah dilakukannya studi pendahuluan yaitu tetap diadakannya pemberian ASI secara dini atau segera setelah bayi lahir, pada  pasca persalinan normal atau tanpa indikasi dari ibu atau pun bayi. Petugas kesehatan pun berwenang untuk memberikan penyuluhan dengan metode-metode yang mudah di ingat oleh ibi-ibu nifas agar pesan yang di sampaikan mudah diingat dan dapat diterima dengan baik seperti memasang poster-poster yang ada hubungannya dengan  keuntungan pemberian ASI secara dini atau segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Untuk ibu nifas yatu dapat meningkatkan pengetahuan tentang manfaat ASI eksklusif, pengetahuan atau informasi tidak hanya didapat dari pendidikan formal, tapi dari proses belajar non formal seperti : seminar, posyandu, PKK, dan sebagainya.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang penghambatan pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2012”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian sebagain berikut “bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang penghambat pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun Kabupaten Cirebon  Tahun 2012?”
C.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran ibu nifas tentang penghambat  pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2012.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui gambaran ibu nifas tentang penghambat pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2012.
b.    Untuk mengetahui gambaran pengatahuan ibu nifas tentang pengertian ASI di Rumah Sakit Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2012.
c.    Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang manfaat pemberian ASI di Rumah Sakit Arjawinangun Tahun 2012.
D.    Manfaat Penelitian
1.        Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat meningkatkan kajian ilmu pengetahuan kebidanan dan menambah wawasan pengetahuan dalam penerapan pada bidang asuhan kebidanan tiga tentang penghambat pemberian ASI secara dini.
2.        Manfaat Praktis
Menambahkan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan pada bidang Asuhan kebidanan tentang penghambatan pemberian ASI secara dini.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengetahuan
1.      Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan apa sebagainya. (Notoatmojo, 2010)
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekadar menjawab pertanyaan (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan dini terjadi setelah orang melakukan penghindaran terhadap satu objek tertentu.pengindaran terjadi melalui panca indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.jadi pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita. (Notoadmojo.2003 :127-128 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :rineka cipta)
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai factor dari dalam seperti motivasi dan factor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan social budaya (kamus besar bahasa Indonesia,2003)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk menentukan tindakan seseorang (Over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam buku Notoatmodjo (2003:128) mengungkapkan bahwa sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru (berperilaku baru) dalam arti orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:
a.       Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b.      Interest (merasa tertarik) dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek tersebut.
c.       Evaluation (menimbang-nimbang baik buruknya tindakan terhadap stimulus atau obyek tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d.      Trial dimana orang telah melalui mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.       Adaptation, dimana obyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari perilaku baru atau adaptasi perilaku melalui proses seperti itu, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama, pada perilaku itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : pendidikan, budaya, perilaku, usia, dan sumber info.
2.      Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup didalam Domain Kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:
a.       Tahu (Know).
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah di pelajari.
Antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan, menyatakan bahwa perawatan payudara sangat penting.
b.      Memahami (Komprehesion).
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahuinya seorang atau ibu yang telah paham dengan materi yang di berikan dia harus menyebutkan contoh, menjelaskan, mengumpulkan tentang materi yang di pelajari misalnya: menjelaskan mengapa perawatan payudara itu penting.
c.       Aplikasi (Aplication).
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya misal: bisa mempraktekkan cara perawatan payudara.
d.      Analisa (Analisis)
Adalah suatu kemampuan untuk materi atau bisa diartikan sebagai kemampuan si ibu untuk membedakan keadaan payudara normal dan tidak.
e.       Sintesis (Syintesis)
Suatu kemampuan untuk menghubungkan atau menyusun informasi baru.
f.       Evaluasi.
Suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penilaian berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, misal: ibu dapat membandingkan antara payudara yang di rawat rutin dengan tidak di rawat.
3.      Faktor-Faktor yamg Mempengaruhi Pengetahuan
a.       Faktor internal
1)      Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang dalam berfikir logis.(Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Umur adalah lama waktu hidup sejak di lahirkan (DEpdigbud,2002). Tebentuknya prilaku terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan (Notoadmojo,2003)
Umur kurang dari 20 tahun cenderung memiliki pengetahuan yang kurang.umur 21-35 tahun merupakan usia oroduktif seseorang,pada usia produktif merupakan usia yang optimal dalam peneriman informasi dari lingkungan melalui panca indra dan masih kuatnya daya ingat sesorang yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Pada umur lebih dari 35 tahun daya ingat dan daya nalar seseorang sudah mulai berkurang disebabkan kemampuan otak sudah mengalami penurunan. Penurunan daya ingat mempengaruhi proses penerimaan informasi. Daya ingat yabg menurun dapat menyebabkan berkurangnya pengetahuan yang didapatkan apalagi untuk menerima informasi dari lingkungan
2)      Pendidikan
pendidikan adalah perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan cara, perbuatan mendidik. (kamus besar bahasa Indonesia,2008:326)
Menurut koencoroningrat (1997) bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan khualitas hidup. Oleh sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Pendidikan ilmiah dalah pendidikan formal ibu yang terakhir yangdi tamatkan dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat pendidikan dasar (SD dan SMP) pendidikan menengah (SMP dan SMA) dan pendidikan tinggi (D3,S1 dan S2) diukur dengan cara dikelompokan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi. (Depkes RI,2003)
3)      Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
4)      Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
b.      Faktor eksternal
1)      Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
2)      Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
3)      Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh sesuatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar memperoleh sesuatu pengetahuan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
4.      Cara Memperoleh Pengetahuan
a.       Cara Tradisional atau non ilmiah
1)      Coba dan salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradapan pada waktu itu apabila seseorang menghadapi masalah, upaya pemecahan dengan cara coba “ saja. Cara ini kemungkinan bisa memecahkan masalah, apabila tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah terselesaikan.

2)      Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak di sengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh summers pada tahun 1926.
3)      Kekuasaan atau Otoriter
Sumber pengetahuan ini berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagai berikut. Pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan otoritas, baik tradisi otoritas pemerintahan, agama, maupun ahli pengetahuan. Dimana prinsip ini orang berpendapat dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji dulu membuktikan kebenarannya berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri.
b.      Cara modern atau Ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamati. (Notoadmodjo, 2010).



5.      Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan merupakan suatu alat ukur seseorang terhadap apa yang diketahui oleh seseorang. Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, dan angket.
Menurut (Arikunto,2006 :344) menjelaskan bahwa pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan kategori sebagai berikut:
a.       Baik : 76 – 100 %
b.      Cukup : 56 – 75 %
c.       Kurang : 40 – 55 %
d.      Tidak baik : < 39 %
(Ari kunto, 2006)
B.     Konsep Dasar Nifas
1.      Pengertian Nifas
Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Sarwono, 1999).
Nifas adalah masa pulih kembali, melalui dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (prawiroharjo,2002)
Masa nifas adalah masa sagera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini saluran reproduksi anatominya kembali keadaan tidak hamil yang normal (Obsetri William)
Masa nifas (pueroerium) adalah masa pulih kembali , mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri)
2.      Pembagian Masa Nifas Dibagi Menjadi 3 Periode
a.       Poerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.      Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.       Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 5)
3.      Tujuan Perawatan Nifas
a.       Untuk memulihkan kesehatan umum penderita.
b.      Untuk mendapat kesehatan emosi.
c.       Agar masa nifas dapat berjalan lancar dan dapat memelihara bayinya dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan bagi normal.
(Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 2)
4.      Involusi Alat Kandungan
a.       Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (Involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b.      Bekas Implantasi uri : placenta belum mengecil karena kontraksi dan menonjol ke Kavum Uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c.       Luka-luka pada jalan lahir bila tidak di setai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
d.      Rasa sakit yang disebut after pains (mules-mules) disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat di berikan obat-obat antisakit dan antimules.
e.       Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari Kavum Uteri dan vagina dalam masa nifas.
1)      Lochia Rubra : hari ke 1-2 hari pasca persalinan.
2)      Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
3)      Lochia Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4)      Lochia Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
f.       Serviks.
Setelah persalinan, bentuk Serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman.
g.      Ligamen – ligamen.
Ligamen, Fasia dan Diafragma Pelnis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
5.      Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a.       Nutrisi dan cairan, pada seorang ibu menyusui
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 76)
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengam nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
(Siti saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika :71)
b.      Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan untuk bergerak karena merasa letih dan sakit. Namun ibu harus di bantu turundari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah thrombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu mengutakan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasr panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah kesuluruh tubuh. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 76)
c.       Eliminasi
Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk mrngsongkan kandung kemihnya karena rasa sakit, mamer atau gangguan tonus otot. Ia dapat di bantu untuk duduk diatas kursi berlubang tempat buang air kecil (commode) jika masih belum diperbolehkan berjalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk buang air kecil dengan pispot di atas tidr. Meskipun sedapat mungkin menghindari katerisasi lebih baik dilakukan dari pada terjadi infeksi saluran kemih akibat urine yang tertahan. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 77)
d.      Kebersihan diri/perineum
Pada ibu nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari pada di baelakang anus, nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil dan besar. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 77-78)


e.       Istirahat
Istiraha pada ibu selama masa nifas beristiahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Saran ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Akibat kurangnya istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan tidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 78-79)
f.       Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapt memasukan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanannya, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.  (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 79-80)
g.      Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus nunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pansangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang kelurganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara  mencegah kehamilan yang di inginkan. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 80)
h.      Latihan/senam nifas
Latihan/senam nifas adalah diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan meras lebih kuat sehingga mengurangi rasa pada punggung, jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sampai membantu. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 81)
C.    Tinjauan Tentang ASI
1.      Pengertian ASI
Air susu ibu adalah makanan yang sempurna bagi bayi manusia dan berisi sebagian nutrisi yang di perlukan untuk tumbuh dan kembang selama sekurang-kurangnya enam bulan pertama. (Arini H,2012)
Sedangkan pengertian dari menyusui secara murni atau memberikan ASI secara ekslusif adalah hanya memberikan ASI saja selama 4-6 bulan atau paling tidak hanya sampai 4 bulan saja. Sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, hanya ASI saja yang harus di berikan. Dengan demikian praktek memuaskan bayi baru lahir, memberi air masak dan madu untuk bayi baru lahir tidak di anjurkan. (Airini H,2012)
Air susu ibu adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengendung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 22)
2.      Pengelompokan ASI
a.       ASI stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.
b.      ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat.
c.       ASI stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke 10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan (Purwanti: 2004)
3.      Manfaat ASI
a.       Manfaat ASI Bagi Bayi
1)      Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Setelah berumur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, pemberian ASI tetap dianjurkan.
2)      Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit, serta alergi.
3)      Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang tidak memperoleh ASI.
4)      ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya.
5)      Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan kepadanya.
6)      Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI.
7)      IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang tidak diberi ASI.
b.      Manfaat ASI Bagi Ibu
1)      Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi risiko perdarahan.
2)      Lemak disekitar panggul dan pada yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.
3)      Risiko terkena kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah.
4)      Menyusui bayi lebih menghemat waktu.
5)      ASI lebih praktis.
6)      ASI lebih murah.
7)      ASI selalu bebas kuman.
8)      ASI dalam payudara tidak pernah basi.
c.       Manfaat ASI Bagi Keluarga
1)      Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula dan peralatannya.
2)      Jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedkit biaya guna perawatan kesehatan dan menghemat waktu keluarga.
3)      Penjarangan kehamilan lantaran efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif.
4)      Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia.
5)      Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, dan lain sebagainya ketika bepergian.
4.      Kebaikan ASI dan Menyusui
Asi sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut :
a.       ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memilik komposisi,zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b.      ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di dalam usus laktosa akan dipermentasikan menjadi asam laktat.
c.       ASI mengandung zat pelindung (antibody) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama,seperti : immunoglobin, lysozyme, complemen C3 dan C4, antistapiloccocus, lactobacillus, bifidus, lactoferrin.
d.      ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
e.       Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.selain memberikan kebaikan bagi bayi,menyusui jega dapat memberikan keuntungan bagi ibu.
f.       Suatu rasa kebanggan bagi ibu bahwa ia dapat memberikan kehidupan pada bayinya.
g.      Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
5.      Komposisi ASI
Menurut Roesli (2001), komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu ke ibu lainnya berbeda, misalnya komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan atau premature berlainan dengan komposisi ASI dari ibunya yang melahirkan bayi cukup bulan, walaupun kedua ibu melahirkan pada waktu yang sama. Jadi, komposisi ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayinya. Berikut ini komposisi / kandungan yang terdapat dalam ASI:
a.       Lemak
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi dari hari ke hari. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicrena dn diserap. Sekitar 80% lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid (lemak ikatan panjang). Antara lain omega 3 (DHA=Decosahexanoic Acid), omega 6 (AA=Arachidonic Acid) yaitu asam lemak tidak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
b.      Kolestrol
Manfaat kolestrol dalam ASI antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan otak. Selain itu kolestrol berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolestrol. Metabolisme itu akan mengendalikan kadar kolestrol di kemudian hari sehingga mencegah serangan jantung.
c.       Protein
Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi dn lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Selain berguna sebagai daya tahan tubuh, protein diperlukan pula untuk pertumbuhan otak.
d.      Karbohidrat
Karbohidrat utam ASI adalah laktosa. Gunanya untuk pertumbuhan otak, meningkatkan penyerapan kalsium, meningkatkan petumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus bifidus, menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
e.       Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap. Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI diserap tubuh bayi. Perlu juga disadari bahwa masih banyak zat yang terkandung dalam ASI namun belum diketahui kegunaannya. (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media :19-21)
6.      Tindakan Pemberian ASI
Teori tindakan akan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan proses selajutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang diketahui. Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap pada suatu tindakan yang konsisten diperlukan faktor pendukung yaitu suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).
Teori tindakan menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan, dan dampaknya hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan mengenai apa yang orang lain inginkan agar diperbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu (Azwar, 1998).
Pemberian ASI menurut Soetjiningsih 1997 adalah sebagai berikut:
a.    Persiapan Menyusui
Persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Perawatan payudara yang baik puting tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi
b.    Cara Menyusui
Cara menyusui yang penting adalah ibu merasa senang dan enak. Bayi dapat disusukan pada kedua buah payudara secara bergantian, tiap 10-15 menit.

c.       Lama Menyusui
Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar bayi cukup disusukan selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh disusukan selama 10 menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit) menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terhisap bayi pada 5 menit pertama adalah ± 112 ml. 5 menit kedua ± 64 ml, dan 5 menit terakhir hanya ± 16 ml.
7.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI menurut Suhardjo (1992) antara lain :
a.       Perubahan sosial budaya
1)      Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
2)      Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
3)      Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
b.      Faktor psikologis
1)      Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
2)      Tekanan batin
c.       Faktor fisik ibu
Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya.
d.      Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat dorongan tentang manfaat pengganti ASI.
e.       Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
f.       Penerapan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.
8.      Definisi ASi Ekslusif
Asi eklusif adalah adalah pemberian ASI sedini mungkin setalah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. ( Purwati. 2004. Konsep Penerapan Asi Eklusif. Jakarta: EGC : 3 )
Asi ekslusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apa pun sejak dari lahir, untuk memasyarakatkan pemberian ASI sejak dini diperlukan faktor pendukung yang terus-menerus mengupayakan keberhasilan menyusui (Saleha Siti, 2009 : 10)
ASI eksklusif adalah bayi hanya di beri ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa makanan tambahan padat, seprti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat.
( Prasetyono. 2009. Buku pintar ASI ekslusif. Yogjakarta: diva press : 26 )
Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Definisi tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
9.      Dampak Pada Bayi Yang Tidak Diberikan ASI
Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel otak sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Pada umur 4 – 6 bulan (masa transisi), bayi terus minum ASI dan mulai diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI berbentuk lumat atau setengah cair. Pada umur 6 – 9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu diperhatikan.MP-ASI diberikan sesuai dengan umur bayi, minimal diberikan 3 kali sehari. Porsi MP-ASI setiap kali makan yaitu pada umur 6 bulan minimal 6 sendok makan. Pada umur 7 bulan minimal 7 sendok makan. Pada umur 8 – 9 bulan berturut-turut berikan 8 dan 9 sendok makan (Depkes RI, 2005).
10.  Pengertian IMD
Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri.
  1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dianjurkan
Menurut Roesli (2008), langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
1)      Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2)      Seluruh tubuh bayi dikeringkan termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangarnya.
3)      Tali pusat dipotong lalu diikat.
4)      Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan terlebih dahulu karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5)      Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
11.  Masalah Dalam Menyusui
a.        ASI tidak keluar
Permasalahn ini terjadi karena banyak hal, tetapi tahukah bahwa faktor terbesar yang menjadikan permasalahan ini muncul adalah mindset dari ibu, sehingga yang perlu dilakukan adalah merubah mindset dan berfikirlah positif, bahwa ASI itu adalah jatah setiap bayi yang telah dilahirkan. Setalah mengubah mindset, selanjutnya berikhtiar, berusaha dengan semaksimal mungkin. Misalnya dengan menggunakan booster asi, dalam hal ini saya menyarankan agar booster yang digunakan adalah bahan herbal seperti daun katuk, hulbah, sari kurma dan lain-lain
b.       Jumlah ASI terbatas
Kembali lagi permasalahan terkait mindset, adanya perasaan tidak percaya diri, bahwa ketersediaan ASI terbatas sehingga menimbulkan perasaan cemas seorang ibu bahwa dia tidak dapat memberikan ASI secara maksimal kepada bayinya. Ubahlah mindset itu, yakinlah bahwa ASI yang disediakan oleh Alloh untuk bayi itu akan cukup. Berikanlah ASI kapanpun bayi meminta, sesering yang bayi mau, siang dan malam. Pada payudara kanan dan kiri. Jangan dijadwalkan. Produksi ASI mengikuti hukum permintaan, semakin sering dihisap, maka semakin banyak ASI diproduksi.
c.       Ibu adalah seorang yang bekerja (karyawan/pegawai)
Pekerjaan bukan menjadi halangan bagi seorang ibu untuk memberikan ASI bagi bayinya. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan ASI bagi bayi yang ibunya bekerja. Seorang ibu dapat memompa atau mengeluarkan air susunya untuk ditampung dan disimpan di dalam freezer. Bila bayi membutuhkan susu maka ASI tersebut dapat langsung diberikan dengan dihangatkan terlebih dahulu tanpa terjadi kerusakan pada ASI tersebut. Kemudian saat ibu sedang bekerja bisa mengisi waktu istirahat siang dengan memompa ASI dan menampungnya ke dalam botol-botol ASI kemudian menyimpannya di dalam coolerbag.
Tabunglah ASI di dalam freezer sebanyak-banyaknya, seperti layaknya kita menabung uang di bank. Dalam keadaan normal di udara bebas ASI hanya akan bertahan dalam kurun waktu kurang lebih 8 jam. Sedangkan dalam keadaan beku, ASI mampu bertahan selama kurang lebih 6 bulan dan layak untuk dikonsumsi bayi.
Jadi selagi ASI masih keluar tabunglah sebanyak-banyaknya, bekukanlah dalam freezer dan ASI siap diberikan jika bayi membutuhkan. Kita tidak tahu pada bulan ke berapa ASI masih mau keluar, sehingga setetespun jangan disia-siakan. Gunakan Milk Collection shell saat bekerja sehingga ketika asi menetes akan tertampung dan terselamatkan.
d.      Kurangnya dukungan dari keluarga
Ini adalah perkara yang cukup fatal. Jika sampai hari ini masih terjadi maka akan begitu banyak bayi yang tidak mendapatkan haknya. Dari pengalaman yang ada, sebagian besar dari kita mengalami masalah terkait dukungan keluarga yaitu ungkapan yang biasa diucapkan oleh orang tua kita :  “ dulu waktu kamu kecil, umur 2 bulan dikasih pisang kerok atau bubur susu, nggak papa kok, anak kamu dikasih aja seperti itu.” (Yeyeh, A. R. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media : 35-36 )



12.  Kebijakan Pemerintah Terhadap Pemberian ASI
  Menurut undang-undang kesehatan rumah sakit tahun 2009 pasal 28 ayat 1 yaitu “setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu ekslusif sejak dilahirkan selama 6 bulan,kecuali atas indikasi medis”.
(offset Nuha 2009 : 56)
Pemerintah telah mengeluarkan Peratuaran Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk:
a.       Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya;
b.      Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan
c.       Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Di dalam PP ini juga diatur bahwa tenaga dan fasilitas kesehatan wajib mendukung ibu menyusui dengan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Kemudian menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang rawat, serta tidak memberikan susu formula pada bayi baru lahir tanpa indikasi medis dan izin orangtua.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 yang mengacu pada resulosi WHA, 2001 (Word Health Assembly) bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi harus mulai diberikan makanan pendamping ASI yang cukup dan aman dengan pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai usia dua tahun atau lebih.



















BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL

A.    Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi  hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya,atau antara variable yang satu dengan variable lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,S,2010)
Kerangka konsep dalam penelitian ini gambaran pengetahuan ibu tentang faktor penghambat pemberian ASI secara dini di Rumah Sakit Umum Daerah Arjawinangun tahun 2012, dapat di gambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

 





B.     Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi variable-variabel yang akan di teliti secara oprasional di lapangan. Definisi oprasional bermanfaat untuk mengarahkkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel yang akan di teliti serta umtuk mengembangkan instrument. (Riyanto. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika : 82)
Untuk membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang di teliti, maka penulis membuat definisi oprasional dalam penelitian ini dapat di lihat dari table di bawah ini :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

No
Variabel
Sub
variable
Definisi
oprasional
Cara  ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
1
Pengetahuan ibu nifas tentang penghambat pemberian ASI
-
Pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI segera setelah lahir
Angket
Kuisioner
Baik 76-100 %
cukup 56-75 %
kurang 40-55 %
Ordinal
2

Pengerti an ASI
Hasil pengetahuan ibu nifas setelah mendapatkan informasi tentang ASI
Angket
Kuisioner
Baik  76 -100 %
cukup 56 -75 %
kurang 40 - 55 %
Ordinal
3

Manfaat pemberi an ASI
Pengetahuan ibu nifas tentang manfaat ASI
Angket
Kuisioner
Baik  76 -100 %
cukup 56 -75 %
kurang 40 - 55 %
Ordinal
4

penghambat pemberi an ASI
Pengetahuan ibu nifas tentang factor pemberian ASI
Angket
Kuisioner
Baik  76 -100 %
cukup 56 -75 %
kurang 40 - 55 %
Ordinal