Minggu, 23 Desember 2012

Bagaimana Mencegah Keguguran Kandungan


25 Sep 2007Kategori: Kehamilan Blm ada komentar
Keguguran adalah kehilangan kandungan pada saat janin berusia di bawah 20 minggu. (Bila lebih maka dikatakan sebagai kelahiran prematur). Sekitar satu dari enam kehamilan berakhir dengan keguguran, sebagian besar terjadi sebelum minggu ke-16 kehamilan. Satu dari 200 wanita mengalami keguguran berulang, bahkan lebih dari tiga kali berturut-turut.
Embryo; approximately 8 weeks from conception, 10 weeks estimated gestational age from LMP.photo © 2009 lunar caustic | more info (via: Wylio)
Keguguran dapat menjadi musibah yang menyedihkan, terutama bagi pasangan yang sedang mendambakan anak. Namun, pada umumnya wanita bisa kembali hidup normal pasca keguguran. Asalkan terjadi dengan sempurna, keguguran tidak membahayakan. Calon ibu dapat kembali hamil setelah melewati satu periode menstruasi.

Tanda-tanda keguguran

Beberapa gejala keguguran antara lain:
  • Pendarahan dari vagina, baik secara spontan maupun didahului oleh noda merah kecoklatan. Banyaknya darah yang keluar bervariasi dari hanya beberapa tetes sampai seperti menstruasi.
  • Sakit kram di perut bagian bawah.
  • Keluarnya cairan tanpa pendarahan atau rasa sakit, kemungkinan karena membran kandungan yang lepas.
  • Keluarnya benda padat dari vagina.
Keguguran juga dapat berlangsung tanpa menimbulkan pendarahan atau rasa sakit. Janin tiba-tiba menghilang dan tanda-tanda kehamilan berhenti. Berbeda dengan kepercayaan sebagian masyarakat yang menganggap janin telah “dimakan jin”, hal tersebut bukanlah peristiwa mistis. Kemungkinan besar embrio (bakal janin) sudah meninggal namun masih melekat pada rahim sehingga diperlukan operasi (kuretase) untuk mengeluarkannya.

Sebab-sebab keguguran

  • Kelainan gen/kromosom. Sekitar 60-70% keguguran terjadi karena kromosom sperma tidak sesuai dengan kromosom telur sehingga janin tidak berkembang atau berkembang tidak normal. Keguguran adalah cara tubuh untuk mengakhiri kehamilan yang tidak sempurna tersebut.
  • Kelainan dan infeksi kandungan. Embrio janin perlu tempat yang sesuai agar dapat berkembang. Kelainan bentuk atau infeksi pada kandungan dapat menyebabkan keguguran karena embrio gagal melekat.
  • Imunitas. Sel darah ibu dapat membentuk antibodi yang mencegah perkembangan plasenta secara normal.
  • Pembukaan leher rahim. Pada usia kehamilan yang lebih lanjut, pembukaan leher rahim yang terlalu cepat (sebelum masa persalinan) dapat menyebabkan keguguran.
  • Penggumpalan darah (blood clotting). Beberapa wanita hamil mengalami kelainan trombosis (penggumpalan darah) yang menghalangi pembentukan pembuluh darah plasenta.
  • Penyebab lainnya. Kelainan hormon, diabetes yang tidak terkontrol, kebiasaan merokok, minuman beralkohol dan berbagai parasit juga dapat menyebabkan keguguran.

Pencegahan

Sebagaimana telah disampaikan, keguguran umumnya terjadi tanpa dapat dikontrol. Kekuatan rahim ibu cukup kuat untuk menahan goncangan sehingga keguguran karena trauma (benturan) jarang terjadi. Juga tidak ada bukti yang menunjukkan pengaruh stress dan aktivitas seksual terhadap keguguran.
Bila terdapat ancaman keguguran seperti pendarahan di awal-awal kehamilan, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan istirahat yang cukup dalam beberapa hari, mengurangi aktivitas olah raga, dan menghentikan hubungan seks dalam beberapa minggu. Pada 50% kasus, ancaman keguguran dapat diatasi sehingga tidak berlanjut.
Jika ancaman keguguran disebabkan oleh pembukaan dini leher rahim, dokter mungkin akan melakukan penjahitan untuk merapatkan kembali sampai saatnya melahirkan. Tindakan medis dan pengobatan juga diperlukan bila terdapat kelainan bentuk rahim dan leher rahim.
Sebarkan, cetak atau simpan halaman ini:
  • Twitter
  • PDF
  • Print
  • Add to favorites
  • Facebook
  • Google Buzz

Seks Aman bagi Kesehatan Kandungan


detail berita
Bumil dan pasangan (Foto: Corbis)
KEHAMILAN merupakan saat yang membahagiakan bagi para pasangan, terlebih bagi yang baru saja menikah. Tetapi ketika hasrat seksual datang, banyak pasangan merasa dilema karena khawatir akan mencelakakan kesehatan buah hati.

Kini, Anda tak perlu khawatir berhubungan seks selama hamil tanpa membahayakan bayi di dalam kandungan. Hal tersebut dinyatakan Lisa Oldson, seorang pakar kesehatan seks dan kehamilan di Amerika Serikat. Menurutnya, hubungan seks lewat Miss V selama kehamilan normal aman dilakukan bagi setiap pasangan, juga tidak membahayakan bayi.

"Di dalam kandungan, bayi terlindung dengan aman oleh kantung ketuban. Bahkan saat orangtua sang jabang bayi melakukan seks, bayi pun akan turut merasakan kenyamanan karena mengambang di dalam kantung ketuban yang berisi cairan yang bertindak sebagai bantal. Bayi pun dilindungi oleh sumbat lendir, yang menghambat leher rahim," tuturnya, sebagaimana dilansir Cosmopolitan, Kamis (5/1/2012).

Lisa pun menjelaskan, bahwa gerakan-gerakan yang dihasilkan selama orangtua sang jabang bayi berhubungan seks akan menjadi sebuah pengalaman bagi bayi agar dapat adaptasi.

"Setiap gerakan yang dilakukan selama berhubungan seks menjadi suatu pengalaman bayi di dalam rahim. Bayi akan terbiasa merasakannya setiap gerakan yang didapat seperti ketika sang ibu sedang berjalan atau berjalan cepat tanpa menyebabkan komplikasi," jelasnya.

Meski demikian, anal seks selama kehamilan dapat menyebabkan infeksi. "Selama kehamilan, pembuluh darah membesar, sehingga banyak ibu hamil mengalami wasir, atau daerah sekitar anus bisa meradang. Sehingga anal seks lebih berisiko dan cenderung membuat tidak nyaman," saran Lisa.

Lalu, bagaimana dengan oral seks? Lisa menjelaskan, oral seks umumnya aman, asalkan pasangan Anda berhati-hati untuk tidak meniup udara terlalu kencang ke dalam Miss V Anda. Hal ini dapat menyebabkan emboli udara yang dapat berubah dan mengancam hidup bagi bayi Anda dan Anda.
(tty)